
Mungkin
memang saya yang salah. Terlalu menganggap remeh urusan hati yang bagi sebagian
besar orang begitu penting. Dan mungkin memang salah saya karena sangat tidak
peduli pada apa yang disebut perasaan oleh orang-orang. Tapi sejujurnya,
percayalah bahwa saya bukan orang yang tidak peka atau tidak peduli pada
perasaan orang lain. Justru saya sangat sensitif. Saya sangat tahu kapan
seseorang mulai terganggu hatinya oleh orang lain, dan saya –biasanya- juga
sangat tahu siapa yang biasanya dengan begitu sukarela menaruh hatinya untuk
saya.
Tapi
lagi-lagi saya harus minta maaf, jika kemudian ternyata saya bersikap yang
tidak seharusnya. Seolah-olah memberi harapan, atau semacamnya yang membuat orang salah paham. Saya tidak
bermaksud begitu, sungguh bukan itu yang saya maksud. Saya sama sekali bukan
ingin tebar pesona atau mempermainkan perasaan yang katanya akan sangat sulit
disembuhkan jika sudah tersakiti.
Saya
hanya ingin menjadi orang yang realistis dan apa adanya. Bagi saya, berteman
harus dengan siapa saja. Baik laki-laki maupun perempuan. Terkesan nggak
ng-akhwat memang. Tapi memang inilah saya. Saya suka punya banyak teman, berbagi
cerita. Walaupun apa yang tampak di wajah saya adalah orang yang tertutup, tapi
saya suka mendengar cerita dan ngobrol dengan teman-teman.
Lalu
jika saya ternyata mau ngobrol dengan semua laki-laki apakah itu bisa diartikan
sebagai ‘saya membuka hati pada semua laki-laki’? Alangkah sulitnya hidup
seperti itu. Please, realistislah. Jangan terlalu melankolis ketika sedang
jatuh cinta. Sikap yang seperti itu justru akan sangat menyulitkan saya dan
membuat saya jadi serba salah.
Post a comment